PILIHAN
KIRIMAN VIDEO PRABOWO DI PAGI SUBUH
Manusia tidak henti memburu kebahagiaan. Meski hari ini, sarapan pagi kita adalah hujatan.
Kebahagian Dan sukacita bercokol di pikiran setiap orang. Maka, di mana ada kehidupan di sana ada kebahagiaan.
Menyadari saksama tujuan hidup kita, terasa lebih penting. Karena, mungkin, kita telah mendekatinya. Kebahagiaan ada dalam hati.
Apapun yang terjadi di dunia ini menjadi tanggung jawab, setiap orang. Kita, sebagai individu berperan di dalamnya.
Konsekuensinya: cara berpikir kita lah, yang membuat semua petistiwa itu menjadi nyata.
Jika kita berpikif positif. Hari-hari kita diwarnai kebaikan. Hal sebaliknya: berlaku. Tetapi, ketidakbahagiaan sering datang dari luar diri kita.
Pikiran kita, sejatinya steril. Sebab, kita butuh mirror jernih, penerjemah semua even yang dikirim Tuhan dari fajar hingga malam dijemput larut.
Prabowo memaki-maki Dan blunder Jurnalis tak bermoral. Hujatan itu dia lontarkan di depan khalayak.
Konon dia geram kepada wartawan karena minimnya liputan pers di acara Reuni 212.
Videonya menyesakkan dada. Melahirkan antipati. Teman terbaik mengirimiku video itu untuk pra-sarapan pagi, subuh, tadi. Padahal, aku sudah lebih dulu tahu video itu.
Semula, aku jengkel atas kiriman caci-maki itu. Wajar, jika profesi kita dihina, kita akan bereaksi.
Akhirnya, aku sadar. Setiap kita punya tanggung jawab, atas segala yang kita terima. Aku memaafkan si Pengirim.
Jika diteliti lebih jauh aku lah yang salah. Sehingga Allah mengizinkan orang mengirimi bingkisan itu kepadaku.
Meski aku tidak menjadi pendukung salah satu Capres????
Aku layak menerimanya. Persoalannya, bukan tentang : kiriman video yang menghujat profesiku.
Tetapi reaksiku, atas video itulah yang terpenting. Jika video tentang kebaikan aku akan memetik manfaat.
Al Qur'an juga menganjurkan agar menyeru kepada kebaikan dengan cara hikmah. Bukan dengan amarah.
Tetapi, karena ini tentang justifikasi yang disampaikan secara kasar tanpa pekerti, tendensinya lebih kepada emosional.
Untuk itu, jika kita bertemu dengan orang-orang yang baik dan arif, berusahalah menyamai mereka.
Tetapi, jika berhadapan dengan orang pemarah dan kasar?
Itu artinya, aku harus memeriksa hatiku.
By: Wahyudi El Panggabean
Kebahagian Dan sukacita bercokol di pikiran setiap orang. Maka, di mana ada kehidupan di sana ada kebahagiaan.
Menyadari saksama tujuan hidup kita, terasa lebih penting. Karena, mungkin, kita telah mendekatinya. Kebahagiaan ada dalam hati.
Apapun yang terjadi di dunia ini menjadi tanggung jawab, setiap orang. Kita, sebagai individu berperan di dalamnya.
Konsekuensinya: cara berpikir kita lah, yang membuat semua petistiwa itu menjadi nyata.
Jika kita berpikif positif. Hari-hari kita diwarnai kebaikan. Hal sebaliknya: berlaku. Tetapi, ketidakbahagiaan sering datang dari luar diri kita.
Pikiran kita, sejatinya steril. Sebab, kita butuh mirror jernih, penerjemah semua even yang dikirim Tuhan dari fajar hingga malam dijemput larut.
Prabowo memaki-maki Dan blunder Jurnalis tak bermoral. Hujatan itu dia lontarkan di depan khalayak.
Konon dia geram kepada wartawan karena minimnya liputan pers di acara Reuni 212.
Videonya menyesakkan dada. Melahirkan antipati. Teman terbaik mengirimiku video itu untuk pra-sarapan pagi, subuh, tadi. Padahal, aku sudah lebih dulu tahu video itu.
Semula, aku jengkel atas kiriman caci-maki itu. Wajar, jika profesi kita dihina, kita akan bereaksi.
Akhirnya, aku sadar. Setiap kita punya tanggung jawab, atas segala yang kita terima. Aku memaafkan si Pengirim.
Jika diteliti lebih jauh aku lah yang salah. Sehingga Allah mengizinkan orang mengirimi bingkisan itu kepadaku.
Meski aku tidak menjadi pendukung salah satu Capres????
Aku layak menerimanya. Persoalannya, bukan tentang : kiriman video yang menghujat profesiku.
Tetapi reaksiku, atas video itulah yang terpenting. Jika video tentang kebaikan aku akan memetik manfaat.
Al Qur'an juga menganjurkan agar menyeru kepada kebaikan dengan cara hikmah. Bukan dengan amarah.
Tetapi, karena ini tentang justifikasi yang disampaikan secara kasar tanpa pekerti, tendensinya lebih kepada emosional.
Untuk itu, jika kita bertemu dengan orang-orang yang baik dan arif, berusahalah menyamai mereka.
Tetapi, jika berhadapan dengan orang pemarah dan kasar?
Itu artinya, aku harus memeriksa hatiku.
By: Wahyudi El Panggabean
Berita Lainnya
Selain Jokowi dan Ahok, Prabowo Hadiri Pengukuhan Mega Sebagai Ketum PDIP 2019 - 2024
Sah! Kakek 90 Tahun di Sleman Ini Resmi Nikahi Nenek 72 Tahun
PT KPI RU Dumai Sukses Terima Dua Penghargaan dari Menteri Ketenagakerjaan RI Atas Program K3 dan Penanggulangan Covid-19
Sistem Zonasi, Kurang Memberikan Efek Positif Bagi Siswa Berprestasi
Pengakuan Pelaku Begal Payudara Usai Ditangkap
Polisi: Asisten Dokter Korban Perkosaan Dicekoki Miras hingga Tak Sadar Diri
7 Warga di Meranti Ini Didatangi Polisi, Apa Pasal?
Bhayangkara Run Digelar Polda Riau Dalam Meningkatkan Perekonomian Bumi Lancang Kuning
Ahli Waris Amat Bin Kaian Kelola Budidaya Ikan Hias
Sinergitas Babinsa dan Bhabinkamtibmas Bangun Rumah Untuk Warga yang Kurang Mampu
Proses Vaksinasi, Alasan Ditundanya Pembelajaran Tatap Muka di Kota Tangerang
Nahkodai MPC PP Dumai, Robby Komitmen Menjaga Jati Diri Kader dan Rasa Aman Masyarakat