Jakarta, PantauNews.co.id - Industri wisata sedang menggeliat di ranah minang. Banyak bermunculan objek wisata baru atau meningkatkan kualitas daerah wisata yang lama. Merasa bangga akan hal itu, karena memang potensi wisata yang kita miliki sangat banyak dan melimpah.
Tapi ada yang mengganggu dipikiran , kenapa dalam mengembangkan potensi wisata harus menggunakan bangunan ornamen yang bukan budaya asli daerah, bahkan membangun ornamen yang berasal dari luar negri seperti Eropa ataupun Amerika.
Bukankah seharusnya bangunan budaya lokal yang kita kembangkan dan kita perkenalkan kepada wisatawan ?
Di Harau misalnya , kita malah disuguhi bangunan khas Eropa, bangunan seperti di Korea,bahkan replika menara Eiffel dari Prancis. Saya membayangkan wisatawan Eropa datang ke Harau dan melihat replika menara Eiffel , dan mereka tersenyum, senyum sinis yang membuat kita menjadi malu.
Belum lagi nama kawasan objek wisata dan ucapan selamat datang ditulis dengan menggunakan bahasa asing, ini maksutnya apa? Entahlah….malu kita membacanya.
Dalam pikiran saya di objek wisata itu kita akan mendapati banyak nilai luhur dari kebudayaan asli daerah. Kita bisa menyaksikan patung kepahlawanan Tan Malaka, patung Gumarang , patung Cindua Mato, Rumah Gadang Bundo kanduang , Rangkiang, banyak lagi yang lain.
Salam Tony Herman
Pemerhati sosial dan budaya.