Resign dari Pekerjaan, Titin Memilih Wujudkan Impiannya dengan Mengabdi di Papua

Selasa, 15 Juni 2021

SUBULUSSALAM, PANTAUNEWS.CO.ID - Perempuan bernama Siti Hartinah Munthe (25) atau akrab disapa Titin memilih mengabdi di Pegunungan Bintang, Papua yang berbatasan langsung dengan Papua New Guini.

Kala itu, dia terinspirasi dari sosok seniornya alumni Pengajar Muda (PM) di Bima saat masih menjadi seorang mahasiswi di Telkom University Bandung.

Wanita asal Subulussalam, Aceh ini memutuskan ikut Program Indonesia Pengajar yaitu Pengajar Muda(PM). Perjuangan nya pun tak mudah, setelah lulus kuliah dan diterima kerja di bidang telekomunikasi dari tahun 2018-2019, Titin memilih resign supaya bisa mengikuti program Pengajar Muda karena ia merasa itu adalah mimpinya dahulu dan pantang bila tidak meraihnya.

Dia pun tidak ragu mendaftar bersama 6039 pendaftar lainnya untuk menjadi bagian Pengajar Muda(PM) angkatan XIX pada bulan Juni 2019 lalu. Saat itu, ia hanya pasrah melihat ribuan orang ikut mendaftar. Titin terus percaya kalau niat kita baik insya Allah semesta pun akan mendukung. Alhasil, usaha nya berbuah manis, dia lulus bersama 36 orang lainnya.

Mereka pun berangkat pada tanggal 4 Desember 2019 dari Jakarta untuk mengabdikan diri selama 15 bulan di pelosok Papua.

"Saya senang bisa di tempatkan di Papua, karena memang penempatan ini banyak di sasar oleh PM lainya, dan alhamdulillah saya di percaya disini dengan 5 teman lainya," tutur nya.

Setiba nya di penempatan, Titin bersama rekan nya disambut dengan antusias oleh orang-orang disana bahkan sering mengunjungi kediaman mereka. Apalagi anak-anak sangat senang melihat guru baru yang datang untuk belajar bersama di rumah dinas Pengajar Muda yang memiliki banyak buku bacaan.

"Saya sering dikasih sayur mayur, walaupun kadang-kadang saya berada di kabupaten, mereka tetap mau mengantar kan apa yang memang mereka punya," kenang nya.

Selain sebagai guru di sekolah, mereka juga mencari orang-orang baik untuk bersama-sama mewarnai pendidikan di daerah. Oleh karena nya, gerakan Indonesia Mengajar ini percaya bahwa pendidikan adalah tanggung jawab setiap pihak dan setiap orang yang terdidik. 

"Kami kerap sekali mencari potensi pendidikan di daerah dengan negosiasi dan lobying sangat dibutuhkan untuk pihak yang mempunyai kebijakan," tutur Titin yang baru menginjak usia 25 tahun ini.

Karena Titin merasa sedih melihat banyak guru PNS di data nominatif namun yang di sekolah hanyalah orang asli Papua. Sehingga anak-anak jarang belajar di sekolah padahal mereka semangat sekali ke sekolah, terkadang guru yang honorer disana harus ngerangkap mengajar anak-anak.

Dia menilai anak-anak diperkotaan dan pedesaan sangat berbeda. Mereka sangat mandiri dan tangguh serta kepedulian mereka kepada guru sangat lah tinggi.

Baginya, ini merupakan pengalaman yang paling berkesan dalam hidup nya, dia merasa didekatkan dengan orang yang tulus. Orang Papua yang ia kira keras dan kasar ternyata mereka sangat ramah dan tulus. Apalagi sosok guru dimata mereka adalah bagaikan sosok dewa yang diutus untuk anak-anaknya, maka dari itu mereka sangat sayang sekali sama guru-guru.

Pada penghujung pengabdian Titin yang hendak bergegas pulang, anak-anak Papua menagis dan memeluk nya serta mengalungkan Noken (tas khas Papua) dan memberikan anak panah sebagai kenangan perpisahan.

"Yang membuat tersentuh saat mereka hanya memiliki Noken yang mereka pake untuk sekolah, saat perpisahan mereka mengeluarkan buku dan bolpen dan mengalungkan Noken yang harta satu satunya mereka punya di kalungkan kepada saya," ucapnya dengan terharu.

"Kami di lepas dengan doa yang sangat khusuk, dengan pelukan yang sangat erat, dengan mata yang berlinang serta dengan harapan suatu saat bisa bertemu kembali," sambung nya.

Dari pengalaman berharga tersebut, dia berpesan bahwa banyak hal yang bisa menjatuhkan kita, tapi yang paling bahaya ialah diri sendiri. Penting sekali rasanya untuk bisa mengelola diri sendiri, menemukan kebahagiaan dalam diri sendiri, tidak bergantung orang lain. Berbuat baiklah Insya Allah kita akan didekatkan dengan orang baik.

Saat ini Titin bersama rekannya di Pengajar Muda mengeluarkan sebuah buku untuk menceritakan kisah inspiratif yang diberi judul Perempuan Raya. Selasa, 15 Juni 2021.

Dalam buku tersebut, mereka menceritakan hal baik dari perempuan selama penempatan dulu yaitu Aceh Singkil, Natuna, Nunukan, Kepulauan Sula, Kepulauan Yapen dan Pegunungan Bintang. Buku ini menceritakan Perempuan yang hebat di pelosok negeri yang jarang disadari sekitar kita. (*)

Penulis : Ali Hanafi