Makam Syekh Umar dan Sejarah Mesjid Baiturahman Kota Dumai

Ahad, 26 September 2021


DUMAI, PANTAUNEWS.CO.ID - Makan Syekh Umar merupakan salah satu tempat wisata sejarah di Kota Dumai. Makam ini terletak di jalan Syekh Umar, berjarak sekitar 2 km dari pusat Kota Dumai. Syekh umar merupakan seorang ulama suluk yang terkenal di Kota Dumai. Makam ini terletak di pinggir jalan  sehingga mudah sekali untuk menemukan objek sejarah ini. 

Syekh umar temasuk salah satu orang yang di segani karna ilmu serta kepandaiannya. Syekh Umar lahir tahun 1860, ia berasal dari daerah Langkat di Sumatra Utara. Beliau meninggal tahun 1960. Di komples pemakaman syeck umar di kenal juga dengan nama situs batu beranak.

Menurut cerita, awalnya syehk umar pergi untuk mengunjungi gurunya di daerah langkat. Guru tersebut nenyuruh syehk umar untuk datang berziarah ke makam gurunya terdahulu. Disaat pulang dari makam ia menemukan sebuah batu coklat. Guru tersebut mengatakan kini batu itu menjadi milik syekh umar dan batu itu merupakan batu betina. Saat hendak pulang ke Dumai, syekh umar menemukan batu yang mirip dengan batu betina lalu ia memberi nama batu jantan.

Lalu syehk umar menyimpan batu itu di dalam tempayan namun lama kelapaan batu itu bertambah banyak. Dan sekarang batu tersebut di simpan di dalam di dalam komples pemakaman syekh umar. Komplek pemakaman syekh umar di kenal juga dengan nama situs batu beranak. Di bagian depan komples makam syekh umar terdapat gapura berwarna kuning yang menandakan posisi makan syekh umar. Situs bersejarah ini dijaga oleh salah satu menantu syekh umar yang bernama Alm. Khalifah Yunus serta cucunya yang bernama Alm. Tengku Syahrom.

 
 Di sebelah makam syekh umar ini terdapat  sebuah mesjid yang dibangun oleh syekh Umar itu sendiri yang saat ini mesjid itu bernama Mesjid Baiturrahman. Masjid ini termasuk salah satu mesjid tertua yang ada di Kota Dumai. Pada awal di bangun mesjid ini bernama Mesjid Darussalam serta sudah mengalami beberapa kali renovasi. Masjid Baiturrahman ini di bangun 5 tahun setelah kemerdekaan Republik Indonesia. 
 
Renovasi pertama masjid ini dilakukan pada tahun 1981 oleh Abri Masuk Desa Manunggal V serta renovasi kedua dilakukan pada tahun 2000 oleh alm. Tengku Syahrom.

Pada awal dibangun masjid ini masih berdindingkan kayu dengan arsitektur melayu dan saat ini mesjid ini sudah berdinding batu.

Masjid ini berada di pinggir Sungai Dumai, untuk mencegah terjadinya abrasi pemerintah dan pengurus bersama-sama membuat bendungan dari batuan, kayu-kayu, serta menanam magrove agar mesjid ini tidak terkena abrasi. 

Peninggalan- peninggalan masjid ini antara lain ialah sumur peninggalan syech umar yang terletak di tempat pengambilan wudhu, tempat sulub, nako subuh( pentungan) serta sebuah bedug. 

Namun semenjak berkembangnya zaman  nako subuh( pentungan) serta bedug  tidak lagi di pakai sebab, dewasa saat ini ini kebanyakan masjid memakai serunai/ alarm selaku fasilitas yang lebih efisien.

Penulis : Balqis Putri Ramadani
Prodi : Pendidikan Sejarah
Asal Universitas : Universitas Riau
Dosen Pengampu : Piki Setri Pernantah, M.Pd