Benarkah Luhut di Balik Bisnis PCR? Jubir Buka Suara

Selasa, 02 November 2021

JAKARTA, PANTAUNEWS.CO.ID - Beredar kabar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di balik bisnis PCR selama pandemi COVID-19. Luhut disebut memiliki kaitan bisnis pada PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).

Pihak Luhut langsung membantah hal tersebut. Menurut Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi, Luhut memang mendapatkan ajakan oleh beberapa kelompok pengusaha membentuk GSI.

Namun dia menegaskan hal itu dilakukan untuk inisiatif membantu penyediaan tes COVID-19, bukan untuk mencari untung di masa pandemi. Dia mengatakan GSI terbentuk di awal pandemi saat penyediaan tes COVID-19 jadi kendala besar di Indonesia.

"Terkait GSI, Jadi pada waktu itu, Pak Luhut diajak oleh teman-teman dari Grup Indika, Adaro, Northstar, yang memiliki inisiatif untuk membantu menyediakan test covid dengan kapasitas test yang besar. Karena hal ini dulu menjadi kendala pada masa-masa awal pandemi ini adalah salah satu kendala," ungkap Jodi, Senin (1/11/21).

Jodi menjelaskan ada sembilan pemegang saham di dalam GSI. Kelompok usaha Indika dan Adaro adalah pemegang saham mayoritas di GSI. Luhut punya kaitan di GSI karena perusahaannya Toba Bara Sejahtera ikut memiliki saham di perusahaan tes COVID-19.

Sampai saat ini, Jodi menjelaskan tidak pernah sekalipun ada bagi-bagi keuntungan dalam bentuk dividen dari GSI. Baik untuk Luhut maupun pemegang saham lainnya.

Justru, menurutnya keuntungan GSI malah banyak digunakan untuk memberikan tes gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan petugas kesehatan di garda terdepan. Sudah lebih dari sekitar 60.000 tes yang sudah dilakukan untuk kepentingan membantu masyarakat, termasuk juga membantu di wisma atlet.

"Sampai saat ini, tidak ada pembagian keuntungan dalam bentuk dividen atau bentuk lain kepada pemegang saham," tegas Jodi.

Jodi melanjutkan tidak ada sama sekali upaya cari untung dari GSI, apalagi dia menyebut apa yang dilakukan GSI adalah kewirausahaan sosial. Semua kelompok usaha yang membesut GSI dinilai sudah besar dan memiliki bisnis yang mumpuni dan lebih menguntungkan daripada tes COVID-19.

Dia bilang gedung kantor GSI saja diberikan secara gratis oleh salah satu pemegang sahamnya. Itu dilakukan agar GSI bisa cepat beroperasi pada periode awal dan membantu untuk melakukan testing COVID-19.

"Jadi GSI ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham. Sesuai namanya GSI ini Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial.

Luhut selama ini terus menerus menyuarakan agar harga tes PCR diturunkan dan bisa dijangkau masyarakat. Hal itu menegaskan tidak mungkin Luhut mau cari-cari bisnis dari alat tes COVID-19.

"Jadi tidak ada maksud bisnis dalam partisipasi Toba Sejahtra di GSI, apalagi Pak Luhut sendiri selama ini juga selalu menyuarakan agar harga test PCR ini bisa terus diturunkan sehingga menjadi semakin terjangkau buat masyarakat," ungkap Luhut.

Jodi pun menyayangkan adanya isu soal bisnis alat tes COVID-19. Khawatirnya, tak akan ada pihak yang mau mengulurkan bantuan bila tiba-tiba terjadi krisis karena disebut cari untung dari COVID-19.

"Sangat disayangkan upaya framing seperti ini. Ini berpotensi menyebabkan para pihak yang ingin membantu jika terjadi krisis berpikir dua kali," kata Jodi. (*)