Kenapa Lebih Senang Melaksanakan Rapat Malam hingga Dini Hari?

Selasa, 30 November 2021

Larshen Yunus, S.Sos, SC, SE, M.Si, CLA, CME

PANTAUNEWS.CO.ID - Pertanyaan seperti itu ternyata cepat atau lambat akan keluar dari mulut masyarakat. Melihat segala bentuk keanehan yang terjadi di lembaga terhormat DPRD.

Baik itu DPRD Provinsi Riau maupun DPRD Kabupaten Kota se-Provinsi Riau, khususnya. DPRD itu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, apakah kepanjangannya memang itu? atau justru telah berubah!

Hal itulah yang ingin Penulis kupas di pagi hari yang sejuk ini sejak berada Jakarta.

Dipenghujung bulan November tahun 2021 ini, Peneliti Senior FORMAPPI Riau itu masih bertanya-tanya terkait alasan pelaksanaan rapat oleh DPRD yang kerap dimalam hingga dini hari. Anehnya lagi, rapat yang paling sering di jam-jam seperti itu adalah rapat Badan Anggaran (Banggar) dan rapat Paripurna.

Bagi Penulis, beserta rekan-rekan Peneliti FORMAPPI Riau lainnya, keanehan tersebut jangan dianggap hal yang wajar-wajar saja. Masyarakat berhak memahaminya dalam kerangka berfikir yang lebih obyektif lagi. Apakah penyusunan waktu di DPRD itu benar-benar padat sekali atau justru ada alasan yang lain, bak istilah zaman dahulu, ada udang dibalik batu?

Untuk mengupas kegiatan yang tak wajar ini, Formappi Riau membutuhkan masukan dari masyarakat, urgensi maupun substansi terkait kebiasaan rapat malam hingga dini hari oleh kalangan anggota DPRD.

Padahal, menurut catatan Formappi Riau, sampai saat ini Perda yang disahkan oleh anggota dewan periode 2019-2024 masih tergolong minim, bahkan pernah sama sekali tidak ada yang disahkan. 

Jangankan Perda, Rancangan Perda-pun masih tergolong minim, lalu ngapain aja kerja mereka, kok sering rapat malam hingga dini hari, tapi hasil sangat minim?

Justru baru-baru ini, Peneliti Senior Formappi Riau berhasil memonitor, bahwa kinerja seperti itu sangat tidak efektif. Kalangan anggota dewan setelah melaksanakan rapat dimalam hingga dini hari tak ubahnya seperti 'preman' tanpa status, berkeliaran dikedai-kedai makanan malam, contoh yang paling dekat di seputar Kota Pekanbaru.

Para anggota dewan itu justru kelihatan tak sesuai dengan labelnya yakni 'Yang Terhormat', justru mereka sendirilah yang mencoreng muka dengan lumpur, bahkan dengan kuah cabe Sate Radar ala Jalan Sudirman di Kota Pekanbaru.

Apakah netizen bisa membantu saya, terkait hal tersebut?

Apakah masih ada harapan dengan lembaga wakil rakyat seperti DPRD?

Apakah sudah cukup ada artinya dengan kehadiran mereka? 

Sudah sesuaikah beban keuangan negara yang dinikmati mereka, dari ujung rambut hingga ujung sepatu itu? 

Apakah DPRD masih diperlukan? atau bagaimana? (*)

Ditulis oleh Larshen Yunus, S.Sos, Sc, SE, M.Si, CLA, CME

Penulis adalah Peniliti Senior Formappi Riau/Alumni Sospol Universitas Riau, Pekanbaru/Sekolah Vokasi Mediator Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta/Juara 1 Umum Karya Tulis Ilmiah Tingkat Universitas se-Indonesia, tahun 2012-2014/Pendiri Yayasan Revolusi Mental Indonesia/Pemilik Perpustakaan Rakyat Gemar Membaca