Gema

Selasa, 21 Desember 2021

JAKARTA, PANTAUNEWS.CO.ID - Aku dan kedua putraku memasuki rumah yang telah lama kami tingalkan untuk merantau mencari kehidupan. Rumah ini sunyi dengan perabotan sederhana.  Derit bunyi pintu karena engselnya mungkin sudah karatan merupakan suara pertama yang kami dengar.
“Assalamulaikum,” ucap putra sulungku memberi salam. Terdengar juga suara balasan dari dalam sana,”Assalamulaikum”. Putraku kaget dan melanjutkan ucapanya, “Siapa di dalam sana?” terdengar lagi balasan , “Siapa di dalam sana,” Putra keduaku mulai ikut berbicara. 
“Heh, kamu hantu ya?” Kemudian terdengar juga suara balasan, “Heh kamu hantu ya?” 
Sambilk tertawa kedua anaku bertanya apa yang sesungguhnya terjadi di rumah ini. 

Aku menyuruh mereka duduk di kursi dan mencoba menerangkan kejadian ini dengan arif.
“Anak anakku, itu namanya gema, atau bahasa kampung kitanya Sipongang.” “Gema adalah pantulan suara dari benda keras, sehingga apa yang kita ucapkan akan terdengar lagi dengan balasan yang sama.”
Aku melanjutkan lagi pembicaraan dengan menatap kedua putraku.
“GEMA itu sesungguhnya adalah kehidupan.”
“Kehidupan memberikan umpan balik atas semua ucapan dan tidakanmu, nak”.
“Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin banyak mendapatkan cinta didunia ini, maka  ciptakanlah cinta didalam hatimu. Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, maka  tingkatkan pula  kemampuan di dalam dirimu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan padanya.”
“Ingat anakku, hidup bukan sebuah kebetulan, tetapi sebuah bayangan dari dirimu sendiri”, tuturku…

Toni Herman Abrar
Jakarta 21 Desember 2021