Luhut Harianja Minta Pengawas Disdikbud 'Turun Usut' Pakaian Seragam di SMPN 5 Dumai

Ahad, 09 Januari 2022

Foto: Ilustrasi (Net)

DUMAI, PANTAUNEWS.CO.ID - Setiap memasuki tahun ajaran tahun baru, seragam sekolah merupakan momok yang menakutkan bagi para orangtua atau wali murid. Besarnya biaya terkait seragam baru dan baru dengan kondisi ekonomi serba sulit saat pandemi ini.

Informasi terangkum awak media, oknum Wali Kelas di SMPN 5 Dumai Menahan Laporan muridnya gara gara belum melakukan pelunasan seragam sekolah.

"Assalamualaikum, selamat malam. Mhon maaf menggangu waktunya malam2. Untuk anak2 di bawah ini, mohon maaf raportnya tidak bisa dibagikan krn masih tetap dengan uang seragam sekolah oleh bu Ritas," tulis di pesan WhatsApp Grup (WAG) Wali Kelas VII7, Yayuk Andriyani , selasa malam (4/1/2022).

Adapun ada empat orang murid yang disebutkan oleh sang wali kelas, belum pasti seragam sekolah. 

Selanjutnya, Yayuk Andriyani menuliskan pemesanan WAG, terkait jangan sampai mengecewakan kepada orangtua yang nanti mengambil laporan murid.

"Sengaja ibukan malam ini, agar besok ortunya tidak kecewa krn sudah hadir ke sekolah ternyata tidak bisa mengambil raport anaknya," tulisnya lagi di WAG.

Salah satu orangtua siswa yang enggan disebut-sebut memamerkan tindakan wali kelas dan akan mempermalukan anaknya di ruang publik.

"Saya akui belum membayar biaya seragam sekolah. Dulu saya pernah bertanya, apakah seragam sekolah ini wajib baru dan mengapa kami para orangtua tidak diberitahukan atau diminta kesepakatan sesama wali murid," ungkap wali murid menjelasankan.

Ditambahkannya, terkait seragam sekolah tanpa ada kesepakatan para orangtua. Tiba tiba, tukang jahit datang kesekolah dan mengukur seragam baru untuk seluruh siswa.

"Keadaan serba ini, apa salahnya seragam lama dapat dipakai. Kebetulan abangnya juga dulu alumni sekolah ini," sambil mengeluh.

Lanjutnya, ia sangat takut dengan kejadian ini karena sempat berdebat dengan wali kelas terkait Raport anaknya. Dugaan cerita serta tekanan pada mental anak nantinya jika memungkinkan.

Saya takut gara gara kejadian ini, anak saya atau ada dugaan nanti di sekolah," keluhnya sambil termenung.

Wali kelas VII7, Yayuk Andriyani yang berhasil dikonfirmasi, Minggu (9/1/2022) tampak enggan memberikan keterangan.

"Mungkin bisa menghubungi pihak yang lebih aktif, kalau memang ini tentang sekolah," jawab Yayuk via pesan WA, yang tampak tidak ingin menjawab sambungan seluler dengan alasan ada acara.

Selanjutnya, terkait seragam dapat menghubungi pihak sekolah langsung ke bagian sarana dan prasarana, karena mereka yang berhak untuk memberi keterangan.

"Karena saya hanya mengajar di kelas, bukan bagian yang mengurus seragam sekolah," ujar sang Wali Kelas lagi.

, sang wali kelas tak ingin memberikan keterangan dan wali ke pihak lain. Padahal jelas jelas dia sendiri yang mengirim pesan di WAG, jelas adanya dugaan tekanan pada murid terkait dengan sekolah agar dilunasi.

"Untuk pertanyaan yang lain dapat langsung menghubungi sekolah. Terima kasih," ucapnya.

murid Lanjut, ia sempat cekcok dan akhirnya Raport diberikan walaupun belum ada seragam.

"Silahkan konfirmasi ke pihak sekolah saja dan menunggu jawaban dari kepala sekolah. Maaf, Raport anak saya sudah dibagikan dan, di kelas saya sudah terima rapor semua," tukas Yayuk seraya sinis dicecar pertanyaan wartawan.

ada, bahwa pihak sekolah dilarang untuk melakukan penjualan seragam. Terkait seragam kepada murid baru, harus ada kesepakatan semua orangtua atau wali murid.

Disebutkan orangtua murid inisial AH, bahwa dirinya tidak mengetahui dimana seragam sekolah ini ditempah. Informasi dari anaknya, tukang jahit yang datang dan diukur langsung di sekolah.

Ditempat terpisah, mantan Anggota DPRD Dumai Parluhutan Harianja sangat mengecam tindakan oknum guru atau wali kelas tersebut. 

"Tak ada laporan biaya seragam dengan Raport. Tak seharusnya seorang pendidik mempermalukan muridnya dan ini dapat merusak mental anak. Mengapa harus disebutkan di WA Grup dan ini tak pantas dilakukan seorang pendidik," cetus yang jugahati pendidikan seraya berang.

Tambahnya, ia meminta Pengawas Sekolah di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Dumai turun dan tegur oknum guru tersebut. Sebagai pendidik, dirinya tak pantas memberikan masalah kepada muridnya.

"Tugas anak itu belajar dan jangan libatkan apapun terkait pembiayaan sekolah kepada murid," lugasnya lagi.

Terkait polemik seragam baru, pria yang akrab disapa Luhut ini juga meminta pihak legislatif untuk turun dan melakukan pengawasan terkait dugaaan kecurangan yang dilakukan oleh oknum di lembaga pendidikan tersebut.

"Intinya jangan coreng dunia ini dengan cara apapun untuk mencari keuntungan. Tugas kalian wahai para pendidik untuk mencerdaskan anak bangsa," menyimpulkan buku itu.

Untuk perimbangan pemberitaan, saat dihubungi nomor ponsel Kepala SMPN 5 Dumai Husni dengan nomor 0812 750 4***, belum dapat dimintai keterangan. Pesan WA yang ditinggalkan juga belum ada tanda tanya dibalas. (*)

Penulis: Edriwan