Siapa yang Bersalah Terkait Kelangkaan Minyak Goreng?

Jumat, 22 April 2022

Oleh: Putri zulfadiah mahasiswi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

BANDA ACEH, PANTAUNEWS.CO.ID - Minyak Goreng yang merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat sedang mengalami kelangkaan dan juga kenaikan yang signifikan.

Kelangkaan minyak goreng ini membuat banyak dampak dan perubahan besar bagi kehidupan masyarakat. Sebagian besar masyarakat mengaku kesulitan mendapatkan minyak goreng dan harus berebut dengan yang lainnya.

Bahkan banyak penjual minyak goreng yang menetapkan aturan baru dalam membeli minyak goreng, yaitu satu keluarga hanya diberikan kesempatan untuk membeli 1 minyak goreng. Dan tentunya hal tersebut menuai keributan di kalangan masyarakat.

Tanpa kita sadari sebenarnya, kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng ini merupakan bagian dari ekonomi politik yang sedang kita pelajari. Terlebih dahulu, perlu diketahui bahwa kenaikan harga  dan juga kelangkaan minyak goreng ini juga diperkirakan mampu menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.

Dikutip dari Data.id kerugian masyarakat akibat kenaikan harga minyak goreng pada April-September 2021 sebesar Rp0,98 triliun. Sedangkan, kerugian mencapai Rp2,4 triliun pada Oktober 2021-19 Januari 2022. Hal ini membuktikan bahwa kenaikan harga minyak goreng tidak main-main dampaknya bagi lapisan masyarakat.

"Seperti yang kita ketahui, terjadinya kelangkaan minyak goreng ini sendiri sebenarnya tidak terlepas dari mekanisme penawaran dan permintaan," Kata Putri zulfadiah, Jumat, (22/04/22).

Mengacu pada pendapat seorang Pakar ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Rossanto Dwi Handoyo SE MSi PhD, dirinya menyatakan bahwa kelangkaan akan minyak goreng di pasaran, tentunya tidak terlepas dari mekanisme penawaran dan permintaan.

Menurutnya, minyak goreng merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia, minyak goreng memiliki kontribusi yang besar. Hal tersebut karena minyak goreng merupakan salah satu barang yang dikonsumsi masyarakat setiap harinya.

Bobot terhadap inflasinya juga cukup tinggi.
Meninjau lebih lanjut mengenai kelangkaaan dan juga kenaikan harga minya goreng, sebenarnya kelangkaan dan kenaikan harga dari minyak goreng ini bisa diamati dari 3 sudut pandang yang berbeda.

Dari sudut pandang pertama, sebenarnya dapat dikatakan bahwa penyebab utama ataupun factor utama yang menyumbang kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng adalah karena adanya kenaikan dari sisi permintaan (Demand) sekaligus penurunan dari sisi penawaran (Supply).

Terdapat beberapa faktor yang menjadi alasan terjadinya penurunan supply, yaitu utamanya produsen mengalami penurunan dalam memasarkan minyak goreng di dalam negeri. CPO  atau dikenal dengan Crude Palm Oil pada dasarnya merupakan salah satu jenis minyak nabati yang paling banyak diminati oleh masyarakat dunia.

Sedangkan saat ini harga CPO di pasar dunia sedang mengalami kenaikan harga. Berdasarkan data, Kenaikan itu dari 1100 dolar AS menjadi 1340 dollar. Sehingga, akibat kenaikan CPO tersebut, produsen minyak goreng lebih memilih menjual minyak goreng ke luar negeri dibandingkan ke dalam negeri. Tentunya karena keuntungan yang diperoleh oleh Produsen semakin besar.

Sudut pandang kedua. Kewajiban bagi pemerintah terkait dengan program B30. Program B30 sendiri merupakan program pemerintah untuk mewajibkan pencampuran 30 persen diesel dengan 70 persen bahan bakar minyak jenis solar.

Dari hal ini, terjadi sebuah peralihan menuju ke produksi biodiesel. Menurut keterangan dari Rossanto, Pakar Ekonom Unair, konsumsi yang seharusnya itu digunakan untuk minyak goreng, tetapi digunakan untuk produksi biodiesel. Hal itu dikarenakan ada kewajiban bagi para pengusaha CPO agar  memenuhi market produksi biodiesel sebesar 30 persen.

Sedangkan dari sudut pandang ketiga. Kondisi pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum usai. Bahkan, terdapat beberapa negara di belahan dunia yang saat ini sedang mengalami penaikan gelombang ketiga Covid-19.  Konsumen luar negeri yang selama ini menggunakan minyak nabati juga akhirnya mulai beralih ke CPO. Sehingga dari permintaan inilah terjadinya kenaikan permintaan di luar negeri terkait ekspor CPO.

Menurut saya, kata Putri zulfadiah. Kenaikan harga dan juga kelangkaan minyak goreng tidak terlepas dari aspek ekonomi politik. Minyak goreng yang pada dasarnya merupakan salah satu kebutuhan hidup masyarakat mengalami kenaikan yang tentunya membuat sebagian besar masyarakat cemas dan khawatir.

"Harga minyak goreng dan penetapannya merupakan bagian dari ranah ekonomi dan didalamnya tidak akan terlepas dari campur tangan Pemerintah," ujarnya.

Minyak goreng merupakan kebutuhan masyarakat yang menguasai hajat hidup orang banyak dan membantu proses aktivitas perekonomian masyarakat.

Aturan dan juga kebijakan mengenai kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng seharusnya menjadi focus bagi para pemerintah sebagai bagian dari elit politik. Banyak sekali, masyarakat dengan ekonomi kebawah mengalami dampak buruk dari kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng, karena hal tersebut memperlambat sekaligus menghambat kinerja mereka dalam melakukan berbagai aktivitas ekonomi.

Lanjut, Putri zulfadiah. Saya rasa, permasalahan akan minyak goreng ini membuat pemerintah lebih peka terhadap kondisi masyarakat. Diluar sana banyak sekali masyarakat kecil dan menengah mengaku kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari hari diakibatkan dengan langkanya dan kenaikan harga minyak goreng ini.

Padahal seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya berlimpah dan tentunya sangat mustahil bagi Indonesia mengalami kelangkaan minyak goreng seperti saat ini.

"Kita melihat fakta yang terjadi dilapangan, minyak goreng yang semakin langka dan mahal membuat kita berfikir dua kali. Sebenarnya hal ini merupakan salah siapa dan ulah siapa?," Tanya Putri zulfadiah.

Oleh karena itu, pemerintah sebagai bagian dari politik tentunya harus mampu merumuskan kebijakan yang menguntungkan masyarakat besar, terkhusunya dalam upaya mengembalikan harga minyak goreng menjadi normal.

"Karena minyak goreng sendiri merupakan kebutuhan ekonomi yang menguasai hajat hidup masyarakat banyak," cetus Putri

Dapat disimpulkan, bahwa kenaikan dan kelangkaan minyak goreng merupakan salah satu bentuk permasalahan yang muncul dalam aspek ekonomi politik. Sudah tentunya, hal tersebut masuk dalam aspek ekonomi politik dikarenakan berkaitan dengan  kebijakan serta ekonomi yang sedang berjalan.

Putri, juga berharap agar pemerintah yang sebagai bagian dari politik dapat lebih peka dan focus mengurusi kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng yang terjadi di lingkungan masyarakat. (Juliadi)